Welcome

Irrasshaimasein ^^

Rabu, 27 Februari 2013

Bocah Super


Ckck. Jaman sekarang sering banget gw liat bocah2 kecil umur dibawah 10 taunan yang berjuang buat nyari duit.
Kenapa gw pengen nge-post soal ini? Karena barusan pulang sekolah, gw dikagetin sama bocah cewek kecil yang tiba2 nanya, “Namanya siapa, kak?”
The first sih gw gak mau jawab nih anak, karena takut disangka penculik anak sama orang lain. Secara, disitu adalah tempat nongkrong para pemuda. Jelas gw gak mau disangka penculik. Jiaaah
Tapi karena tuh anak ngikutin gw terus, ya akhirnya gw jawab ajalah. Tuh bocah kayaknya umur 11 atau 10 taunan. Pake kerudung sama baju yang.. yaa~ kotor lah. Dan yang bikin gw cengang adalah, ternyata tuh bocah bawa sekantong gedeeeee (udah hampir kayak karung) rempah2. Gw sempet berhenti dulu buat mastiin bener apa nggak. Yaaa, ternyata emang gede. Gw gak nyadar tuh bocah ngambil itu karna emang daritadi dia ngajak ngomong gw dari belakang. Lagian, gw juga fokus sama jalan. Dan ternyata di belakang tuh anak masih ada bocah cewek lain yang nemenin. Lebih muda dari bocah cewek tadi. Dari percakapan mereka berdua sih, gw yakin mereka baru gantian shift bawa tuh kantong rempah. “Gantian dong, berat nih!”
Abis liat itu gw gak mau ngobrol sama mereka lagi. Karena gak tau kenapa gw sedih banget kalo lama2 deket sama mereka. Hiks~ dan from a far, gw denger salah satu dari mereka bilang, “Itu bapak!” dan selewat gw liat bapak2 pake topi (kayaknya petani) lagi lari2 buat nyusul (mungkin) anak2nya.
Dan gak lama gw ninggalin tuh 2 bocah, di depan gw liat ada adik-kakak, yang kakak cowok, adeknya cewek. Kakaknya sih kayaknya umur 9 taun-an, adeknya 3 atau kurang. Gw liat kakaknya nyuapin es krim ke adeknya. Tiba2 gw senyum liatnya. Maybe ‘cause relationship of my bro and I isn’t like that, huh?
Trus kayaknya si adek bilang ke kakaknya bahwa dia kecapekan. Dengan rela, si kakak jongkok sambil megang es krim, trus minta adeknya buat digendong..
Njirrrr, gw mau nangis rasanyaaa. Gw yakin mereka berdua bukan dari kalangan berada, yaaa bisa diliat sih dari penampilannya yang... mm, compang-camping lah. Gw jadi nanya, ‘Orang tua mereka kemana sih?!’
Nah, abis digendong gitu, gak lama gw denger kakaknya teriak, “MAMAAAAH!” lantas gw langsung ngeliat ke arah depan mereka. Dan gw liat ibu2 dengan penampilan yang lumayan (jauh) lebih baik dari penampilan si anak. Dan yang paling bikin gw marah adalah waktu si ibu gak ngerespon dan malah jalan dengan muka sewot ke anaknya! Kagak liat apa jarak dia sama anak2nya jauuuuuuuh banget! Sedangkan si anak yang lagi kesusahan megang es krim plus gendong adeknya Cuma bisa teriak2 sambil lari2 dikit! Cih! Sayang arah gw belok! Jadi gak bisa liat perkembangan (?) perjalanan tuh anak dua!
Akhirnya gw pulang sambil mikir trus ngebayangin gimana seandainya nasib gw kayak gitu waktu kecil sampe sekarang? Duh, gw gak yakin bakal setegar 4 bocah super tadi. Diem2 gw bersyukur dan pengen banget punya panti asuhan buat anak2 jalanan. Yaaa, although tadi anak2nya masih punya ortu, tapi kan pasti ada anak2 di luar sana yang jauh lebih buruk?
Nah, gimana nih? Kapan sih pemerintah bisa nanganin hal kecil (besar) kayak gini? Kayaknya sih bisa, doain ajalah~

Jumat, 16 Maret 2012

Old Teenager Ch 3

Yoohoo, chapter 3 is come! *sfx : Heroes Come Back!*
Hehehehe.  Saya tahu ini sangat telat, tapi saya juga tahu bahwa tidak aka nada yang mau menunggu update-an fic ini. T.T
Tapi, dengan pe-de-nya saya update fic ini karena merupakan kewajiban, mungkin.
Oh, iya. Kalau buat yang udah baca, apa kalian gak merasa ganjil? Itu looh, di chapter 1 saya bilang bahwa Kabuto adalah partner kerja Sasuke di Jiraiya’s Book, tapi di chapter 2 saya juga bilang bahwa Kabuto juga adalah partner kerja Itachi. Suatu kesalahan yang fatal, pemirsaaaa.. Nati saya akan rubah, kok.

Title:
Old Teenager
Disclaimer :
Masashi Kishimoto. Bang, boleh tak saya minta Naruto buat jadi kucing saya?
Rated :
T. Sebenarnya saya mau M!
Genre :
Drama, Romance.
Pairing :
SasuNaru (akhirnya kuputuskan!), ItaKyuu. Dan bukan berarti tidak akan ada pair lain.
Warning :
Saya tahu ini fic Shounen-ai. Jadi, tolong untuk orang-orang yang tidak suka. Klik Back/Close. BL, AU, OOC, Typo, dll.
Teu resep? Tong maca. (Don’t Like? Don’t Read)
Chapter 3
“Oi, Sasuke! Antar aku ke ruang kepala sekolah!” teriak Naruto sambil mengejar Sasuke yang berjalan di depannya dengan terburu-buru.
“Kau cari sendiri saja, aku malas!” balas Sasuke sambil terus berjalan.
“Aku ‘kan tidak tahu dimana tempatnya, Teme!”
“Makanya aku suruh kau untuk mencarinya, Dobe!”
“Gah! Kau ini!” Naruto pun berhenti mengejar Sasuke dan memilih untuk mencari sendiri dimana ruang kepala sekolah berada. Dia melebarkan pandangan ke berbagai arah, mencari arah yang paling tepat sesuai feelingnya.
“Hm, mungkin disitu.” gumamnya, lalu berjalan ke arah sisi kanannya dimana ada sebuah tangga yang mengarah ke lantai dua berlawanan dengan Sasuke yang sudah berjalan jauh.
Dodol Garut
‘Tok Tok’
“Hmm?? Siaphaaahh??” seorang wanita cantik yang tertidur (tadinya) di sebuah meja dengan kumpulan berkas-berkas dan botol-botol sake yang berserakan, terbangun saat mendengar suara ketukan di ruangannya.
“Maaf, boleh saya masuk?” tanya seseorang dari balik pintu tersebut. Wanita cantik tadi pun menggeram kesal karena acara tidurnya diganggu. Dengan tidak rela, wanita tersebut menyuruh orang yang sudah mengganggunya untuk masuk tanpa membereskan sisa-sisa botol sake.
“Maaf. Saya murid baru disini. Saya mau mendaftar,” ucap Naruto –orang yang menggangu- sopan. Dia menunggu di dekat pintu sebelum dipersilahkan untuk masuk dan duduk.
“Hnn? Murid baru? Baiklah, nanti aku akan mendatamu, sekarang pergi dari ruanganku, kau mengganggu saja!” usir wanita tersebut. Naruto mengangkat sebelah alisnya, tanpa ba bi bu lagi, dia pun segera pergi dari ruangan berbau alkohol tersebut. Dia merasakan firasat yang buruk jika dia berlama-lama di sana.
“Kalau begitu saya permisi dulu Tsunade-sama,”
Tolong catat nama Tsunade sebagai kepala sekolah paling buruk..
Dodol Garut
“OHAYOU, MINNAAA!!”
“BERISIIIIIIKKK!!!”
“Kenapa? Bukankah menyapa orang-orang di pagi hari itu merupakan awal semangat untuk para anak muda? Marilah, kawan! Kobarkan semangat masa muda kita!!”
“BERISIIIIIIKKK!!!”
“Hah? Ya sudahlah, mungkin kalian sedang dilanda masalah, sehingga kalian tidak bersemangat seperti biasanya,”
“Bisakah kau berhenti bicara, Lee?”  seorang gadis bercepol dua yang duduk di bangku paling depan berkata pada Lee, seorang pemuda overdosis semangat (?) yang diduga merupakan anak dari Guy-sensei yang merupakan guru olah raga di Konoha Internasional High School ini.
“Ah? Tenten-chan? Apa perkataanku membuatmu terganggu?” tanya Lee polos.
“IYA!” jawab seluruh murid dengan serentak. Lee pundung di pojokan.
“Duduk di bangku kalian masing-masing. Simpan komik, majalah porno, PSP, dan kosmetik kalian. Berhenti menelepon pacar dan menyalin tugas kalian, keluarkan tugas di meja masing-masing karena aku akan memeriksa satu per satu pekerjaan kalian. Jangan menjelek-jelekkanku dari belakang,” guru bermasker hitam dengan sebuah novel misterius di tangan kirinya itu berjalan dengan santai ke arah meja guru tanpa mengalihkan matanya dari ‘Forbidden Novel’-nya. Sesuai dengan perintahnya yang lancar dan mulus karena terlalu sering diucapkan, seluruh murid pun menurutinya.
“Sensei! Kenapa Sensei datang tepat waktu?” celetuk salah satu murid yang ada di kelas tersebut. Semua murid yang ada disitu mengangguk setuju dengan murid tadi.
“Hm? Kiba-kun, kau ingin tahu kenapa aku datang tepat waktu?” tanya Kakashi, guru bermasker hitam. Matanya tetap fokus terhadap novel-nya.
“Tentu, sensei.” jawab Kiba.
“Baiklah. Kau yang disana! Kau boleh masuk sekarang,” suruh Kakashi. Seluruh murid yang ada di kelas tersebut langsung mengalihkan pandangannya dari sensei mesum mereka ke arah pintu kelas yang menampilkan seorang pemuda berparas manis tapi keren memasuki ruangan kelas mereka. Pemuda tersebut berjalan ke arah Kakashi dan berdiri di sampingnya menghadap para murid yang sedang menatapnya kagum.
“Kita kedatangan murid baru, anak-anak. Itulah yang membuatku harus datang tepat waktu. Sekarang, perkenalkan dirimu.”  jelas Kakashi –masih membaca novelnya-. Para murid mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti kenapa sensei-nya datang tepat waktu.
“Emm, namaku Uzumaki Naruto. Makanan kesukaanku adalah ramen. Aku paling suka membelinya di warung Ichiraku, karena disana harganya murah dan rasanya enak. Hal yang aku benci adalah menunggu selama 3 menit sampai ramen instant-ku masak. Hal yang kusuka tentu saja ramen. Mohon bantuannya,”
“Ooohh,” seluruh murid ber-oh ria. Kecuali seseorang yang duduk di bangku kedua dari belakang yang menatapnya dengan tatapan kesal.
“Kenapa aku harus satu kelas dengan si Dobe?” tanyanya.
Dodol Garut
“Sasuke..”
“…”
“Oi! Sasuke!”
“…”
“TEME!”
“… Dobe,”
“Hei! Giliran menghina kau merespon!”
“…”
“Kenapa raut wajahmu seperti tidak suka seperti itu? Ada apa memangnya?” tanya Naruto pada Sasuke dengan raut wajah yang seolah-olah merengek karena diacuhkan. Sasuke sendiri yang memang sejak tadi tidak suka ada Naruto bersamanya, hanya bisa menghela nafas berkali-kali. Ditambah suasana ramai yang sangat memekakan telinga karena mereka sedang ada di kantin, tepat di meja tengah.
“Kenapa kau memutuskan untuk bersekolah? Padahal pria tua sepertimu sudah seharusnya bekerja!” kata Sasuke. Naruto yang akhirnya mendapat respon yang walaupun tidak baik itu, antusias untuk menjawab pertanyaan Sasuke.
“Hmm, sebenarnya aku hanya main-main saja, kok!” jawab Naruto.
“Kau anggap sekolah main-main?” tanya Sasuke. Naruto mengangguk.
“Apa lagi? Habisnya, aku tidak punya kegiatan yang harus aku kerjakan. Akhirnya aku lebih baik kembali sekolah, kau tahulah masa-masa sekolah itu biasanya menyenangkan. Benar?”
“Tapi kau kan bisa bekerja! Kau pewaris tunggal Namikae Corp! Tidakkah kau mau meneruskan pekerjaan orangtuamu?” tanya Sasuke dengan nada tinggi. Naruto terdiam sejenak, lalu tersenyum kecut.
“Aku tidak akan pernah meneruskan pekerjaan busuk itu,” ucap Naruto lirih dan tajam. Sasuke terheran mendengar pernyataan Naruto. “Busuk? Apa maksudmu?”
“Ya, busuk. Dan aku tidak akan pernah meneruskannya. Selamanya, tidak akan pernah.”
“Kenapa bisa kau bilang itu perkerjaan busuk?” tanya Sasuke.
“Hhh. Ini semua karena kaasan,” jawab Naruto.
“Kaasan?”
“Ya. Saat itu, aku masih berumur 10 tahun. Kami sangat miskin saat itu, tidak punya apa-apa bahkan rumah pun kami tidak punya. Aku, kaasan dan tousan tinggal di rumah baasan. Aku tahu baasan orang yang baik, tapi karena kaasan merasa tidak enak karena harus tinggal di rumah baasan terus, akhirnya kaasan memutuskan untuk mencari apartement sederhana untuk kami tinggali. Tousan menyetujuinya, walaupun dia tidak punya simpanan yang besar karena dia baru saja dipecat dari kantornya. Dan akhirnya kami pun tinggal di apartment kecil yang murah. Tousan mulai mencari-cari pekerjaan. Berbagai kantor dan perusahaan sudah dia datangi, tapi tidak ada satupun yang menerimanya, karena saat itu lowongan pekerjaan tidak ada. Sampai suatu hari, tousan pulang dengan lesu setelah mencari-cari pekerjaan. Kaasan menghampirinya dan menanyakan apa yang sudah terjadi. Bukannya menjawab, Tousan malah meminta maaf tidak henti-hentinya pada kaasan. Setelah tahu apa yang terjadi, ternyata tousan menjual kaasan ke seorang lelaki yang memberinya sebuah cabang perusahaan. Kaasan tidak bisa menolak, karena lelaki tersebut terus memaksanya. Kaasan selalu disiksa agar mau melayani nafsu bejat lelaki tersebut. Yang akhirnya kaasan meninggal dunia karena tidak kuat dengan segala siksaan yang ia terima. Kaasan meninggalkan aku dan tousan yang sekarang sukses dengan perusahaannya. Sejak saat itu, aku bertekad untuk tidak akan pernah meneruskan pekerjaan tousan. Aku lebih suka menjadi seorang pengangguran daripada harus meneruskan pekerjaan busuk itu,” jelas Naruto penjang lebar. Sasuke yang menjadi pendengar baik menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
“Aku mengerti perasaanmu. Tapi, sebaiknya kau juga tidak harus seperti ini. Mungkin, jika kau memang tidak mau meneruskan pekerjaan itu, setidaknya carilah pekerjaan lain. Jangan menghabiskan waktumu sia-sia,” ucap Sasuke menasehati.
“Haaahh! Berhenti menasehatiku! Aku lapar! Paman! Aku pesan ramen miso 9 porsi, ya!”
“HAAHH?” orang-orang yang ada di sekitar kantin cengok berjamaah. Sembilan porsi? Tenang, aslinya dia makan 15 porsi, kok.
“Tidak salah?” tanya Sasuke yang juga sempat cengok berjamaah tadi.
“Tentu saja tidak,”
Dodol Garut
“Ah, aku ini memang bodoh! Kenapa tidak mengajak dia saja, ya? Argh! Bodoh, bodoh, bodoh!”
Uchiha Itachi terlihat tidak sehat, pemirsa. Kenapa? Karena sejak beberapa menit yang lalu dia tidak henti-hentinya berbicara sendiri dan mengacak-ngacak rambut panjangnya. Faktanya, dia sedang frustasi atas kebodohan yang dilakukannya. Apa itu?
Tidak mengajak Kyuubi untuk bekerja dengannya di bar menggantikan Shino.
Haruskah dia seperti itu?
“Kau bodoh, Itachi! Bodoh!”
“Sudah, jangan mengatai dirimu sendiri! Aku tahu kau ini bodoh, jangan sampai seperti itu, aku jadi tidak tega melihatnya, bodoh!”
“Hah? Suara apa itu?” tanya Itachi.
“Seharusnya, ‘Hah? Suara siapa itu?’, bodoh!”
“Ah, benar juga. Hah? Suara siapa itu?” dengan begonya Itachi menuruti kata-kata ‘misterius’ itu. Itachi benar-benar tidak waras, pemirsa.
“Nice. Ini aku, Kyuubi!” ucap Kyuubi lalu mensejajarkan diri dengan Itachi yang sejak tadi mematung mendengar ‘suara-suara gaib’. Padahal, sejak tadi Kyuubi berjalan di belakang mengikutinya.
“K-Kyuubi?” ucap Itachi terbata-bata melihat orang yang sejak tadi menjadi pikirannya sekarang muncul di sampingnya bagai roh halus.
“Ya?” Kyuubi memasang wajah super Innocent. Itachi mimisan (?). Gak, ding!
“Ini benar kau? Uzumaki Kyuubi Si Illusionist Gak Jadi?” tanya Itachi antusias sambil menggoyang-goyangkan tubuh Kyuubi dengan mata berbinar-binar.
“Hey! Kau tidak perlu mengejekku! Iya! Ini aku!” jawab Kyuubi yang sebal karena diejek secara tidak langsung.
“Akhirnya aku menemukanmu, Kyuu~~” ucap Itachi lebay sambil memeluk Kyuubi sampai mati. Bohong!
“Aduuuh! Memangnya kenapa? Lepas, bodoh!” Kyuubi berontak di pelukan Itachong. Namun Itachi malah mempererat pelukannya dan mulai membuka ba-WOI!! INI BUKAN RATED MATURE!!
Maaf, ulangi.
“Aduuh! Memangnya kenapa? Lepas, bodoh!” Kyuubi berusaha menjauhkan tubuh Itachi dari tubuhnya. Berhasil.
“Hah, to the point aja, ya?”
“Apa?”
“Kau mau jadi pacarku?” SALAH!
“Kau mau bekerja denganku di bar? Bar kami kekurangan pegawai, jadi aku ingin mengajakmu untuk bekerja denganku. Aku tahu kau belum mendapat pekerjaan. Jadi, aku mengajakmu. Bagaimana?” tawar Itachi.
“Pekerjaan?”
“Hum,”
Kyuubi berpikir sejenak.
“Halah! Jangan sok berpikir segala! Kau butuh pekerjaan kan?”
“Yee! Biar agak keren! Jadi aku tidak dianggap murahan! Dasar! Tidak bisa diajak kompromi!”
“Sok!”
Dodol Garut
“Baiklah, anak-anak. Hari ini adalah pelajaran-ku. Di jam ini, aku ingin kalian maju ke depan dengan membawa partner kalian masing-masing untuk melakukan sebuah percakapan bebas. Tentunya dengan menggunakan bahasa Inggris. Mengerti?” jelas seorang guru berjanggut a.k.a Asuma-sensei.
“Mengerti, sensei.” jawab seluruh murid.
“Baik. Aku yang akan menentukan partner kalian. First, Yamanaka Ino with Hyuuga Hinata. Show your perform!” Ino dan Hinata yang dipanggil segera maju ke depan. Mereka pun berhadap-hadapan dengan jarak sekitar 2 meter-an.
“E-emm. I-Ino-chan. H-how are you today?” Hinata memulai.
“Of course fine. Cause I always take myself. And you?”
“F-fine too.”
“Oh, nice. Hinata, I wanna ask you something. Can I?”
“Y-yes. What is it?”
“What product are you wear to treat your body? I can see that your body is slim. I wanna like you too.”  Semua murid memutar bola mata mereka mendengar perkataan Ino. Tidak aneh kalau Ino adalah gadis sexy nan centil yang bisa frustasi jika berat badannya naik bahkan mungkin hanya beberapa ons saja.
“P-product? I don’t use any products to treat my body. I-I just do the usual thing,” jawab Hinata.
“Usual thing? What is it?”
“E-emm.. eat well, sport, a-and don’t much to think about something. And.. and.. and.. just that,”
“Just that? So simple, heh? Ok, I will try. Thanks, Hinata!”
“You’re welcome, Ino-chan,”
*sfx : applause*
“Okay, okay.. Please sit on your chair. Now, I want to ask Nara Shikamaru with Aburame Shino to come forward. Show your perform!” Asuma-sensei memanggil Shikamaru dan Shino untuk meju ke depan. Tentu saja dengan ogah-ogahan Shikamaru maju sambil menggerutu. Sedangkan Shino? Still calm down.
“Hi..” sapa Shikamaru malas.
“…hi.” balas Shino tenang.
“You start first, hoaaahmm..” malah menguap. ==
“Me?” still calm down.
“Ya..”
“Really?” still calm down.
“Hmm,”
“Okay,” still calm down.
“Hmmmm,”
“Are you sure?” still calm down.
“Hmmmmmmm, ZZZzzzzzzzz..zz..zzzz…Groookk (?)” kau tahu apa yang terjadi..
“Are you sleep?” JELAS!
“ZZZZzzzzzz… zzzz..”
“ENOUGH! THIS IS VERY BORING! BACK TO YOUR CHAIR!” ledak Asuma-sensei. Siapa yang tidak bosan? Bahkan kalau kita lihat ke arah murid-murid, kita bisa melihat lautan orang-orang tertidur –minus Sasuke, Sai, Neji, dan Gaara- di meja-nya masing-masing.
“Okay, sensei.” still calm down. =,=
“Please guide Shikamaru back to his chair!”
Shino pun menurut, dengan tenang dia menuntun Shikamaru yang sedang tertidur pulas dalam posisi berdiri. ==
“Zzz.. mhendokhusheiii… zzz..” gumam Shikamaru yang merasa tidurnya diganggu. Anak ini, dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun, selalu bisa tidur dengan pulas. Give him applause! #plok
“Next, Uchiha Sasuke with Sabaku no Gaara. Show your perform!”
Oke, dua pria tampan ini maju ke depan dengan cool-nya. Sebenarnya hanya Gaara.. Sasuke tidak terlalu.
“Good afternoon,” sapa Sasuke sambil mengangkat sebelah tangannya sebatas telinganya.
“Afternoon,” balas Gaara.
“Hn, I hear that you will move to Kirigakure. Really?” tanya Sasuke.
“Ya.”
“Oh,”
“…”
“…”
“…”
“…err. Can you speak?”
“Ya.”
“Hhh.. I mean, can’t you not speak a little?”
“Ya.”
“Gaara. I know you are stoic. But for now,  please talk a lot!”
“Alright.”
“Haaahh.. sensei, I give up!” dengan itu, Sasuke pun kembali ke kursinya dengan hati yang penuh kekesalan.
Catatan Sasuke hari ini : ‘Jangan pernah bicara dengan Sabaku no Gaara.’
“Err.. Gaara, please sit down.” Entah kenapa Asuma merasa sangat ‘berbahaya’ bila dekat dengan Gaara. Entah kenapa, entah kenapa.. dia pun tidak tahu. Gaara mengangguk dan berjalan ke arah kursinya dengan cool.
“Ahem! Alright, next I want to Rock Lee and Uzumaki Naru- Uzumaki Naruto? Who is he? Is he a new student?”
“Ya, sensei.” jawab siswi yang ada di bangku paling depan.
“Oh, ya? Where is he? I’m not look him yet. Uzumaki Naruto, please raise your hand.”
“…”
“Uzumaki Naruto?”
“Dimana Naruto-kun? Jika dia tidak ada, lantas bagaimana aku bisa maju ke depan? Ah, dimana Naruto-kun?” oceh Lee Ijo lebay.
“Hei, bangkunya kosong. Dimana dia?” Sasuke yang pertama sadar bahwa Naruto tidak kembali ke kelasnya, menepuk jidatnya.
‘Kemana si Dobe itu?’
“Sorry, sensei. I will find him. Excuse me,” Sasuke pun bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah pintu kelas.
“Ya, find him.”
Dodol Garut
“Dimana dia? Ck, merepotkan!” (Shikamaru : Oi, jangan pakai trademark-ku!)
Sasuke tengah kalang kabut mencari sosok kuning yang menghilang sejak istirahat pertama selesai. Dia sudah mencari ke segala penjuru sekolah, tapi belum ketemu. Bodohnya kenapa dia baru sadar bahwa pria kuning tersebut menghilang. Dia juga bingung kenapa pula dia yang harus mencarinya. Ah, karena dia satu-satunya orang yang dekat dengannya di sekolah ini tentu saja. Ck, mendokusei~ (Shikammaru : Oi!)
“Haahh! Baka Dobe! Naruto! Dimana kau!” teriak Sasuke yang sekarang ada di halaman belakang sekolah. Di tempat ini tidak ada bangunan sama sekali kecuali sekolah tentunya. Yang ada hanya hamparan rumput-rumput hijau yang lumayan panjang. Tapi, hawa disini sangat sejuk. Sasuke berlari semakin jauh dari bangunan sekolah. Entah apa yang membawanya bisa sampai kesini. Tapi dia yakin bahwa Si Baka Dobe itu ada di sekitar sini. Sambil kepalanya melirik ke segala arah, Sasuke berteriak-teriak layaknya orang gila-dor. Err.. Sasuke berteriak-teriak memanggil nama Naruto.
“Naruto! Dimana kau!”
“Berisiiiiikkk!!” seru seseorang. Sasuke yang mendengar itu segera mengalihkan pandangannya ke atas. Tepat dimana seseorang yang dicarinya sedang bersandar pada batang pohon oak di sampingnya. Naruto sepertinya baru saja tertidur, terbukti dengan iler-nya yang meluber di sekitar mulutnya. Hiiiiii… yaiks!
“Dobe! Kemana saja kau!”
“Hah, aku hanya ingin tidur..” Naruto bersiap untuk turun dari atas pohon. Dia turun dengan sangat hati-hati. Sasuke yang ada di bawahnya sangat berharap Naruto akan jatuh. Tapi sayang, Naruto tetaplah seorang-seekor primata yang ahli dalam panjat-memanjat. #rasenshuriken
“Tidur di atas pohon?” Sasuke menaikkan sebelah alisnya, lalu tak lama kemudian dia duduk di atas rumput tempatnya berdiri. Naruto menyusul Sasuke dan duduk di sampingnya.
“Yaaa.. saat aku masih sekolah dulu, aku sering tidur di atas pohon. Karena itu, aku pergi ke sini dan kebetulan menemukan pohon oak ini. Pohon oak ini sangat rindang, jadi aku tertidur pulas. Tapi, sejak kau datang berteriak-teriak, tentu saja aku terbangun. Gah! Kau mengganggu saja!” Naruto menidurkan diri di atas rumput. Sasuke melihatnya dengan tatapan tajam.
“Bukannya berterima kasih karena aku datang! Asuma-sensei tadi memanggilmu, jadi aku datang kesini untuk mencarimu, baka!”
“Hei, tidak usah menghinakaku, Teme!”
“Kau juga!”
“Ayam!”
“Durian!”
“Biru!”
“Kuning!”
“Dasar gelap!”
“Dasar terang!”
“Apa-apaan itu? Hah, sudahlah. Lebih baik kita kembali ke kelas!” seru Naruto dan berdiri. Lalu berjalan meninggalkan Sasuke yang masih duduk.
“Grrrhh~ menyebalkan!”
“Oh, ya Sasuke! Nanti malam siap-siap, ya? Ajak Itachi dan Kyuubi juga. Jam 7 malam aku akan menjemput kalian. Let’s go to the party!” teriak Naruto dari kejauhan sambil berlari-lari tanpa melihat ke arah Sasuke.
“Ha?”
Omake… To be continue..
Akhirnya selesai..
Saya mau curhat dulu.. #ha
Salah satu penyebab saya update lama adalah.. saya sedang dilanda kebingungan (halah!) antara jadi Fujoshi atau berhenti jadi Fujoshi. Saya sadar jadi seorang Fujoshi itu salah, jadi saya sempat berhenti jadi Fujoshi dan mengubah konsep cerita ini 180 derajat jadi beda. Tapi beberapa hari kemudian.. kok saya ngerasa gelisah banget kalau liat shounen-ai. Rasanya kehilangan banget. Lalu, saya coba liat video-video Yaoi lagi karena kangeeennnnn banget. Dan dan dan dan akhirnyaaaa… saya malah keterusan lagi. T.T
Susah banget buat ngilangin segala yang berbau Yaoi/Shounen-ai. Jadiiii… untuk saat ini saya masih tetap ingin jadi seorang Fujoshi. :D
Apalagi…. Di kelas saya ada cowok ukeeeee!! Kyaaa!! Saya pasangin aja sma temen sebangku-nya yang kebetulan cocok banget! Apalagi waktu olahraga, mereka dua-duaan naik becak-becak-an!! Huwaaaaa!!!
.
.
Saran, kritik, konkrit, flame, dan segala-galanya saya terima dengan lapang dada.
Review, minna? ^^

Old Teenager Ch 2

Yosh! Chapter 2 is come!!
Saya peringatkan, disini ceritanya akan sangat membosankan. Mengingat, niatan saya ch 1 dan 2 masih awal. Masih belum ada jalan ceritanya sama sekali. Dan jangan salahkan saya jika ceritanya aneh, karena, sungguh jadwal sekolah saya sangat sangat sangat padat. Yang satu kelas dengan saya pasti juga merasakannya. Karena itu, waktu saya untuk mengetik hanya sedikit dan ide meluap entah kemana. Ditambah tadi siang saya benar-benar sial. Bangun kesiangan, belum sempat menghafal, ulangan gak jadi, dan saya benar-benar kesal dengan guru Bahasa Inggris saya. Maaf buat kelompok conversation Inggris saya, dialognya saya sobek-sobek dan dibuang ditempat sampah. --“

Title :
Old Teenager
Author :
Kikkai Mitsuhaki
Disclaimer :
Masashi Kishimoto
Rated :
T
Genre :
Drama, Romance.
Pairing :
SasuNaru/NaruSasu (saya masih bingung), ItaKyuu. Dan bukan berarti tidak akan ada pair lain.
Warning :
Saya tahu ini fic Shounen-ai. Jadi, tolong untuk orang-orang yang tidak suka. Klik Back/Close. BL, AU, OOC, Typo, pendekness, gajeness, abalness, membosankaness (?), dll.
Words : 2.231 (tidak termasuk bacot).
Teu resep? Tong maca. (Don’t Like? Don’t Read)
Chapter 2
Di kediaman Uchiha-brother yang sederhana namun bersih dan rapi, berkumpul-lah empat orang pemuda. Satu diantara mereka sepertinya terlihat tidak baik. Siapakah itu?
Jawabannya : Kyuubi.
“Uh-huh. Kenapa aku sial begini?” keluh Kyuubi yang sedang duduk di sofa sederhana milik Uchiha-brother. Sekantung es batu terletak manis di dahinya yang putih. Tapi tidak untuk kali ini. Dahinya memerah dan terdapat benjolan yang lumayan besar. Tak henti-hentinya dia melenguh kesakitan akibat memar di dahinya tersebut.
“Mungkin itu hukuman untukmu karena kau berniat mencuri,” ucap Itachi yang duduk di sebelahnya. Kyuubi mendelik ke arahnya.
“Itu tidak ada hubungannya sama sekali! Yang bilang dia gay ‘kan kau! Kenapa malah aku yang terkena lempar vas!” bentak Kyuubi sambil menunjuk ke arah Sasuke saat menyebutkan ‘dia’. Yah, sejak insiden tarik-menarik baju kesayangan Sasuke (dengan hasil Naruto tetap memakainya), Itachi yang melihat mereka berdua bergulingan mesra di lantai mengira bahwa Sasuke gay. Dan saat itu juga, Sasuke melemparkan vas bunga yang ada di dekatnya ke arah Itachi. Namun naas, Itachi berhasil berkelit dan malah mengenai Kyuubi yang baru datang di belakangnya. Alhasil, ya seperti sekarang..
“Salahmu sendiri ingin makan di rumahku!” seru Itachi.
“Kau sendiri yang mengajakku ke rumahmu!”
“Itu karena kau memaksaku!”
“Aku tidak memaksamu!”
“Kau memaksaku!”
“Tidak!”
“Iya!”
“Tidak!”
“I-“
BRAAK
URUSAAAAAII!” suara gebrakan meja dan teriakan seseorang menghentikkan perkelahian ItaKyuu. Dialah Sasuke. Tiga orang lainnya yang ada di dekatnya tersentak kaget.
“Apa kalian tidak melihatku sedang mengerjakan tugas, hah? Kalau kalian ingin bertengkar di luar saja sana!” mata onyx-nya melotot tajam. Urat-urat kemarahan muncul di dahi, leher, dan lengannya.
“Aku tidak bertengkar!” teriak Kyuubi.
“Benar, Otoutou. Siapa yang mau bertengkar dengan pencuri tidak tahu diri ini?” ucapan Itachi melembut saat bicara pada adiknya Sasuke, membuat Kyuubi terheran-heran.
“Lalu kalau tidak bertengkar kalian sedang apa, hah? Sedang bernyanyi?” Sasuke menunjuk-nunjuk Kyuubi dan Itachi tepat di hidung keduanya.
“Aku tidak bertengkar!” Kyuubi menepis telunjuk Sasuke.
“Benar otoutou,”
“Kalian bertengkar!”
“Tidak!”
“Benar otoutou,”
“Bertengkar!”
Terus-menerus seperti itu. Naruto yang duduk manis sedari tadi, memperhatikan mereka bertiga dengan kedutan-kedutan di dahinya. Merasa dia yang paling tua, Naruto berniat menghentikkan tingkah konyol yang ada di depan matanya. Dia berjalan dengan langkah yang berat karena kesal. Lalu dia berdiri di antara mereka bertiga. Hal yang pertama kali dilakukannya adalah menekan kantung es batu yang ada di dahi Kyuubi sekeras-kerasnya, lalu melempar kantung tersebut ke arah Itachi tepat di wajah. Sentuhan terakhir, dia mendorong Sasuke yang tepat di belakangnya dengan punggungnya. Untunglah di belakang Sasuke ada sofa. Tapi, kini Naruto duduk di atas badannya dan menekan-nekan Sasuke.
“APA YANG KAU LAKUKAAANN?” teriak SasuItaKyuu bersamaan.
“Diam dan lakukan kegiatan masing-masing!” perintah Naruto. “Kalian ini sangat konyol! Kyuubi! Berhenti mengeluh! Itachi! Berhenti mengajak Kyuubi ribut! Dan kau Sasuke! Cepat kerjakan tugasmu!”
“Huh! Iya! Iya! Menyingkir dari badanku!”
Asem dah. ==
Dodol Garut
Seorang pria tengah duduk di sebuah kursi. Sebenarnya tidak benar-benar bisa disebut ‘duduk’, karena tangan dan matanya sedang bekerja. Tiba-tiba ia mendengar suara pintu diketuk. Dengan agak kesal, dia membuka kacamata-nya dan menyuruh orang yang sudah dengan beraninya mengetuk pintu untuk masuk.
“Masuk,” ucapnya.
Lalu terlihatlah sosok pria berambut coklat, memakai tuxedo hitam memasuki ruang kerja tersebut. Suara ketukan sepatu mengiringi langkahnya, sampai akhirnya dia sampai di hadapan pria gagah di depannya. Dia menunduk hormat.
Sumimasen, Minato-sama. Saya ingin memberitahukan sesuatu,” ucap pria tersebut.
Sore wa nan desu ka, Yamato?” tanya pria yang ternyata bernama Minato itu.
“Hari ini Naruto-sama pergi keluar dan sampai saat ini beliau belum pulang ke rumah,” jelas Yamato sopan. Minato menghela nafas dengan keras. Lalu memijat pelipisnya yang terasa pening karena berhadapan dengan berkas-berkasnya.
“Dasar anak itu,” gumam Minato.
“Suruh beberapa orang untuk mencarinya. Cari di seluruh penjuru Konoha. Jika belum ditemukan, tidak boleh ada yang kembali lagi ke sini,” suruh Minato. Yamato mengangguk paham.
“Baik, Minato-sama. Saya permisi dulu,” Yamato menunduk hormat sebelum meninggalkan ruangan tersebut.
Setelah pintu tertutup, Minato menyandarkan tubuh letihnya di sandaran kursi yang sedang ia duduki. Matanya terpejam. Terlihat sekali raut lelah di wajah tampannya. Beberapa menit dalam posisi seperti itu, akhirnya Minato kembali berkutat dengan pekerjaannya.
Dodol Garut
“Sasuke, kau tidak punya ramen?” tanya Naruto dari dapur.
“Tidak,” jawab Sasuke singkat. “Kau makan yang lain saja! Jangan mengaduk-aduk isi lemarinya. Aku tidak punya banyak makanan!” lanjut Sasuke saat mendengar beberapa barang yang berjatuhan dari dapur. Sepertinya Naruto memang sedang mengaduk-aduk isi lemarinya.
“Hah, masa kau tidak punya, sih? Lalu aku harus makan apa?” tanya Naruto dengan nada frustasi. Sasuke yang mendengar ke-frustasi-an Naruto, menghela nafas panjang. ‘Kenapa ada dua orang tamu yang sama-sama tidak tahu diri di rumahku, sih?’ Sasuke ikut-ikutan frustasi.
“Ya sudah, aku mau beli di luar saja. Tapi, antar aku, ya?” pinta Naruto yang sudah keluar dari dapur dan menuju ke tempat Sasuke.
“Tidak, aku malas. Lagipula kau ini sudah dewasa, masa’ masih mau diantar,” jawab sang Uchiha muda. Naruto merenggut kesal.
“Aku ‘kan tidak biasa keluar rumah sendirian tanpa pengawalan!” ucap Naruto.
“Lalu aku harus menjadi pengawalmu, begitu?” tanya Sasuke. Naruto mengangguk senang. “Kau bersedia?”
“Aku bukan pengawalmu!” seru Sasuke. Dan dengan itu, Sasuke bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamarnya. Naruto yang ditinggalkan cemberut.
“Dasar! Aku tidak akan menceritakannya padamu!” teriak Naruto, berusaha membuat Sasuke tidak masuk ke kamarnya sekaligus mengantarnya keluar. Tapi ternyata Sasuke sama sekali tidak peduli dan malah terus melangkah ke kamarnya. Sampai akhirnya Sasuke menutup pintu kamarnya.
“Ck! Kalau begitu aku akan keluar sendiri saja!” ucapnya. Dia tidak meminta Itachi atau Kyuubi untuk menemaninya, karena Itachi pergi bekerja di bar. Sedangkan Kyuubi masih sakit, dan sekarang dia malah sudah tidur.
“Huh!” Naruto mengambil jaketnya yang tersampir di kursi yang tengah di dudukinya. Lalu pergi ke arah pintu dan menutupnya.
“Aku beli dimana, ya?” tanya Naruto pada dirinya sendiri. “Ah! Supermarket saja!”
Saat akan melangkah menuju supermarket, tiba-tiba ada tiga orang pria bertubuh kekar dan memakai pakaian serba hitam datang menyerbu Naruto.
“Eh? Apa-apaan ini? Lepas!” teriak Naruto saat ketiga pria hitam –pakaiaannya- tersebut memegang kedua lengannya dengan kuat. Tapi ketiga orang tersebut malah menarik Naruto yang semakin meronta-ronta.
“SASUKEEEEEE! TOLOOOONG! AKU DICULIIIIIK!!” teriak Naruto pada Sasuke, sang Uchiha muda.
Sedangkan yang diteriaki, yang tentu saja berada di dalam kamarnya, hanya menganggap bahwa teriakan Naruto adalah tipuannya agar dia bisa mengantar pemuda pirang tersebut.
“Bodoh,” gumamnya. Dan dia kembali melanjutkan acara membacanya dengan tenang dan damai.
“AAAAH! TOLONG AK-hmph!” salah seorang dari ketiga pria tadi membekap mulut Naruto dengan telapak tangannya.
“Maaf Naruto-sama, Anda disuruh Minato-sama untuk segera pulang,” ucap pria yang membekap mulut Naruto.
“HMPH! HMMMMH! MPHHHM! PMMMMMMMHHH!” ketiga pria itu sweatdrop mendengarnya. (Translate : “APA? TIDAAAK! TOLOOONG! SASUKEEEEEEE!”)
“Anda ini bicara apa, sih?”
“Sudahlah, bawa Naruto-sama ke dalam mobil!”
“Baik!” dan Naruto pun di bawa ketiga orang pria tadi, yang ternyata merupakan orang-orang suruhan Minato untuk membawa Naruto pulang.
Dodol Garut
“Itachi! Bawakan aku satu botol!” teriak seseorang yang merupakan pelanggan yang ada di bar tempat Itachi bekerja.
“Baik!” balas Itachi sumringah. Bagaimana tidak? Hari ini lumayan banyak pelanggan yang datang ke bar tempat ia bekerja. Mungkin ia sedang beruntung hari ini.
“Silahkan!”
Itachi menyodorkan sebotol minuman yang dipesan tadi. Dan diterima dengan suka hati oleh pelanggannya. Setelah itu dia kembali mengelap botol-botol minuman yang berjejeran di sebuah rak yang ada di belakangnya.
“Itachi,” seseorang menepuk pundaknya.
“Ah, manager. Doushita?” Itachi berhenti mengelap botol yang dipegangnya dan menaruhnya kembali ke rak.
Pria yang merupakan manager Itachi itu melirik sebentar ke arah para pelanggan yang sedang minum ataupun menari-nari di bawah sana. Senyum kecil terlukis di bibirnya.
“Aku ingin bicara denganmu. Bisa kau masuk ke ruanganku?” pintanya.
“Tentu manager Orochimaru,”
Dodol Garut
“Duduklah,” ucap Orochimaru. Itachi yang sedang menutup pintu mengangguk hormat padanya, lalu berjalan ke arah kursi di depan Orochimaru. Sebuah meja menjadi penghalangnya.
“Lalu, apa yang ingin Anda bicarakan?” tanya Itachi. Orochimaru tersenyum sebentar.
“Akhir-akhir ini pelanggan kita semakin banyak, ya Itachi-kun?” tanya Orochimaru, Itachi mengangguk.
“Benar, saya jadi lebih semangat karenanya,” jawab Itachi.
“Baguslah. Tapi, karena itulah aku ingin bicara denganmu,” Itachi menaikkan sebelah alisnya. “Memangnya kenapa?”
“Pegawai di bar kita hanya 3 orang. Kau sudah tahu ‘kan kalau Shino mengundurkan diri beberapa minggu yang lalu?”
“Ya, saya tahu.”
“Pegawai yang tersisa hanya kau dan Kabuto. Mengingat pelanggan yang semakin banyak, tidak mungkin ‘kan kalau kalian melayani para pelanggan hanya berdua?” Itachi mengangguk membenarkan perkataan Orochimaru.
“Dan sekarang, aku ingin menugaskanmu untuk mencari seorang pegawai yang bisa menggantikan posisi Shino. Kau bersedia?”
“Akan saya laksanakan segera, manager.”
Dodol Garut
“Bagaimana di luar sana? Menyenangkan?” Minato bertanya dengan menunjukkan senyuman bagai malaikatnya. Pemuda yang berhadapan dengannya hanya diam tak bersuara. Tetap memandang lurus ke arah jendela yang menampilkan pemandangan kota malam yang gemerlap. Juga tak mengindahkan pertanyaan ayahnya. Sigh. Ayahnya.
“Hmm? Kenapa kau diam saja? Inikah Naruto yang orang-orang bilang si ceria? Ah, ternyata itu hanya hoax.” ucap Minato santai. Naruto tetap terdiam dalam posisinya. Sekarang mereka berdua sedang berada di ruang kerja Minato. Setelah mendengar kabar Naruto sudah ditemukan, Minato segera menyuruh anak buahnya untuk membawa Naruto kesini. Ke tempat kerjanya. Kali ini dia menghentikan pekerjaannya untuk sekedar mengobrol dengan anak kandungnya.
“Kenapa kau membawaku pulang?” akhirnya si ‘ceria’ pun bersuara. Tapi tatapan matanya masih tetap setia mengarah ke jendela. Minato tersenyum mendengar pertanyaan anaknya.
“Karena rumahmu memang disini,” jawab Minato. Naruto memutar bola matanya.
“Aku ke kamar,” ucap Naruto lalu beranjak dari duduknya.
“Jangan berperilaku seperti anak kecil,” suara Minato menghentikan langkah Naruto.
“Teruskanlah pekerjaan Tousan. Jangan menolak lagi!”
Naruto masih tetap diam dalam posisinya. Sementara Minato sudah berdiri dan melangkah mendekati anaknya.
Tousan..”
“Sudah bertahun-tahun kau menganggur. Kau hanya bisa bermain-main menghabiskan hidupmu. Aku tidak suka melihatmu seperti  itu. Karena itu, jadilah penerus Tousan…”
“Bukankah aku sudah menolak untuk yang ke sekian kalinya? Kenapa Tousan masih saja ingin aku meneruskan pekerjaan Tousan yang busuk itu!” nada suara Naruto meninggi.
“Naruto! Jangan pernah bilang kalau pekerjaan ini busuk!”
“Apakah pekerjaan yang membuat Kaasan meninggal tidak disebut busuk?” tanya Naruto lirih, Minato terhenyak mendengarnya. Naruto mengepalkan kedua tangannya di masing-masing sisi tubuhnya. Kepalanya menunduk, giginya bergemeretak, dan matanya terpejam. Ingin sekali dia memukul seseorang sekarang.
Kaasan..’
‘Kushina…’
.
.
“Baiklah. Cepat atau lambat, kau pasti akan menjadi penerus Tousan. Sekarang aku minta agar kau menghadiri pesta perusahaan besok malam. Jangan menolak untuk kali ini, karena Tousan benar-benar tidak bisa datang.” dan Minato pun pergi meninggalkan ruang kerjanya. Sementara Naruto tetap bertahan dalam posisinya.
Kuso..”
Dodol Garut
Itachi menatap pemuda beriris merah di depannya. Udara dini hari terasa sangat dingin di kulitnya yang hanya berbalut baju tidur. Dia dan Kyuubi sedang berdiri di depan rumah Uchiha-Brother.
“Memangnya kau punya tempat tinggal?” tanya Itachi setelah hening yang melanda beberapa saat. Kyuubi tidak menjawab, tapi raut wajahnya mengatakan ‘iya’.
“Oh. Baiklah. Tapi, kenapa harus pagi-pagi sekali? Lagipula, lukamu belum sembuh total ‘kan?” Itachi beralih menatap dahi Kyuubi yang masih tampak memar-memar.
Daijobu. Aku hanya harus segera mencari… pekerjaan,” jawab Kyuubi. Kepalanya menunduk mengingat kejadian dengan Itachi kemarin.
Itachi tersenyum mendengarnya. “Kau harus janji untuk tidak menjadi pencuri atau semacamnya lagi. Carilah pekerjaan yang baik, aku yakin kau pasti akan menemukannya.”
Itachi memang sedikit sebal pada Kyuubi karena soal kemarin-kemarin. Tapi karena pada dasarnya Itachi adalah orang yang baik dan penyayang, pencuri pun sekarang dia anggap seperti adiknya saja.
“Hhh. Kau berkata seolah mencari pekerjaan itu mudah,” Kyuubi menghela nafas panjang.
“Aku tidak berkata seperti itu. Aku hanya ingin memberimu semangat. Kalau kau perlu sesuatu, datanglah ke sini. Dan kabari aku kalau kau sudah mendapat pekerjaan, Ganbatte!” ucap Itachi member semangat.
“Hm? Kemarin kau marah-marah padaku, tapi sekarang malah sok baik,” Kyuubi mengerucutkan bibirnya.
K-kawaii..’ batin Itachi. ‘H-hey! What the fuck in the hell?!’
“Hey! Daijobu ka?” Kyuubi mengibaskan telapak tangannya di depan muka Itachi yang terlihat horror.
“A-apa? Kau mani- Ah! Maksudku, aku tidak apa-apa,” jawab Itachi terbata-bata. Kyuubi mengernyit mendengarnya. “Hn, sudahlah. Perlu ku antar?”
“Tidak usah. Aku tidak mau merepotkanmu lagi. Maaf soal kemarin,” ucapnya.
“Iya, sudah kumaafkan.”
“Kalau begitu, aku pergi. Jaa,” Kyuubi membalikkan badannya dan melangkah pergi.
“Hati-hati,” ucap Itachi kecil, hampir seperti bisikan.
.
.
“Kenapa… pergi?”
Dodol Garut
Gerbang SMA Konoha terbuka lebar sejak beberapa menit yang lalu. Membiarkan para siswa dan siswi yang bersekolah di dalamnya untuk masuk. Termasuk Sasuke. Salah satu siswa SMA Konoha yang berprestasi dan cukup penting di sekolahnya karena dia merupakan ketua OSIS. Seperti biasa, hari ini dia datang dengan berjalan kaki. Hanya sendirian, tanpa Neji seperti kemarin.
Sasuke melihat ke arah depan pintu gerbang. Di sana ada sebuah mobil Porsche –yang tentunya sangat mahal- terparkir manis di depan gerbang sekolahnya. SMA Konoha memang sekolah elite, tidak aneh jika mobil mewah nan mahal berjejer di tempat parkiran sekolahnya. Tapi yang membuatnya heran adalah seorang pemuda yang berdiri menyander di depan kap mobilnya yang yang mengkilap. ‘Hmm. Sepertinya dia murid baru,’ batinnya saat melihat seragam yang dikenakan pemuda tersebut sama dengan seragam yang dikenakannya.
Saat berjalan semakin mendekat, Sasuke tercengang.
Pemuda yang sedari tadi berdiri dan memakai kaca mata hitam yang terlihat keren itu akhirnya membuka kaca matanya dan tersenyum sinis pada Sasuke.
O-omae wa..”
Ohayou..” sapa pemuda tersebut. Namikaze Naruto.
“Sedang apa kau disini? Dan, apa-apaan seragam itu? Jangan bilang kalau kau..”
“Aku memang mau sekolah disini,” potong Naruto. Sasuke menatapnya horror. “T-tapi, apa tidak terlalu tua?”
“Memangnya orangtua tidak boleh belajar, hm? Lagipula, apa aku terlihat tua?” Naruto mengedipkan sebelah matanya dan menyisir rambut pirangnya dengan jarinya. Setelah itu dia menunjukkan senyuman –cengirannya-.
“Tidak ‘kan?”
“Che! Cengiranmu membuat kau lebih terlihat seperti anak kecil!”
“Ah, thank you..”
“Itu bukan pujian, bodoh!”
“Your welcome,”
“Dobe!” Sasuke pun berjalan meninggalkan Naruto yang terbahak. “Kau hampir telat, Dobe!”
“Ah, iya! Aku menyusul!” balas Naruto.
.
.
Omake. To be Continue. Bersambung..
Yeah, chapter 2 is done..
Saya membuat Naruto disini selalu dijaga oleh para bodyguard-nya, karena Naruto ‘kan pewaris tunggal? Jadi wajar kalau Naruto tidak biasa bepergian sendiri. Saat pertama kali bertemu dengan Sasuke, dia kabur dari kawalan para bodyguard-nya.
Nah, feed me a review?