Welcome

Irrasshaimasein ^^

Jumat, 16 Maret 2012

Old Teenager Ch 2

Yosh! Chapter 2 is come!!
Saya peringatkan, disini ceritanya akan sangat membosankan. Mengingat, niatan saya ch 1 dan 2 masih awal. Masih belum ada jalan ceritanya sama sekali. Dan jangan salahkan saya jika ceritanya aneh, karena, sungguh jadwal sekolah saya sangat sangat sangat padat. Yang satu kelas dengan saya pasti juga merasakannya. Karena itu, waktu saya untuk mengetik hanya sedikit dan ide meluap entah kemana. Ditambah tadi siang saya benar-benar sial. Bangun kesiangan, belum sempat menghafal, ulangan gak jadi, dan saya benar-benar kesal dengan guru Bahasa Inggris saya. Maaf buat kelompok conversation Inggris saya, dialognya saya sobek-sobek dan dibuang ditempat sampah. --“

Title :
Old Teenager
Author :
Kikkai Mitsuhaki
Disclaimer :
Masashi Kishimoto
Rated :
T
Genre :
Drama, Romance.
Pairing :
SasuNaru/NaruSasu (saya masih bingung), ItaKyuu. Dan bukan berarti tidak akan ada pair lain.
Warning :
Saya tahu ini fic Shounen-ai. Jadi, tolong untuk orang-orang yang tidak suka. Klik Back/Close. BL, AU, OOC, Typo, pendekness, gajeness, abalness, membosankaness (?), dll.
Words : 2.231 (tidak termasuk bacot).
Teu resep? Tong maca. (Don’t Like? Don’t Read)
Chapter 2
Di kediaman Uchiha-brother yang sederhana namun bersih dan rapi, berkumpul-lah empat orang pemuda. Satu diantara mereka sepertinya terlihat tidak baik. Siapakah itu?
Jawabannya : Kyuubi.
“Uh-huh. Kenapa aku sial begini?” keluh Kyuubi yang sedang duduk di sofa sederhana milik Uchiha-brother. Sekantung es batu terletak manis di dahinya yang putih. Tapi tidak untuk kali ini. Dahinya memerah dan terdapat benjolan yang lumayan besar. Tak henti-hentinya dia melenguh kesakitan akibat memar di dahinya tersebut.
“Mungkin itu hukuman untukmu karena kau berniat mencuri,” ucap Itachi yang duduk di sebelahnya. Kyuubi mendelik ke arahnya.
“Itu tidak ada hubungannya sama sekali! Yang bilang dia gay ‘kan kau! Kenapa malah aku yang terkena lempar vas!” bentak Kyuubi sambil menunjuk ke arah Sasuke saat menyebutkan ‘dia’. Yah, sejak insiden tarik-menarik baju kesayangan Sasuke (dengan hasil Naruto tetap memakainya), Itachi yang melihat mereka berdua bergulingan mesra di lantai mengira bahwa Sasuke gay. Dan saat itu juga, Sasuke melemparkan vas bunga yang ada di dekatnya ke arah Itachi. Namun naas, Itachi berhasil berkelit dan malah mengenai Kyuubi yang baru datang di belakangnya. Alhasil, ya seperti sekarang..
“Salahmu sendiri ingin makan di rumahku!” seru Itachi.
“Kau sendiri yang mengajakku ke rumahmu!”
“Itu karena kau memaksaku!”
“Aku tidak memaksamu!”
“Kau memaksaku!”
“Tidak!”
“Iya!”
“Tidak!”
“I-“
BRAAK
URUSAAAAAII!” suara gebrakan meja dan teriakan seseorang menghentikkan perkelahian ItaKyuu. Dialah Sasuke. Tiga orang lainnya yang ada di dekatnya tersentak kaget.
“Apa kalian tidak melihatku sedang mengerjakan tugas, hah? Kalau kalian ingin bertengkar di luar saja sana!” mata onyx-nya melotot tajam. Urat-urat kemarahan muncul di dahi, leher, dan lengannya.
“Aku tidak bertengkar!” teriak Kyuubi.
“Benar, Otoutou. Siapa yang mau bertengkar dengan pencuri tidak tahu diri ini?” ucapan Itachi melembut saat bicara pada adiknya Sasuke, membuat Kyuubi terheran-heran.
“Lalu kalau tidak bertengkar kalian sedang apa, hah? Sedang bernyanyi?” Sasuke menunjuk-nunjuk Kyuubi dan Itachi tepat di hidung keduanya.
“Aku tidak bertengkar!” Kyuubi menepis telunjuk Sasuke.
“Benar otoutou,”
“Kalian bertengkar!”
“Tidak!”
“Benar otoutou,”
“Bertengkar!”
Terus-menerus seperti itu. Naruto yang duduk manis sedari tadi, memperhatikan mereka bertiga dengan kedutan-kedutan di dahinya. Merasa dia yang paling tua, Naruto berniat menghentikkan tingkah konyol yang ada di depan matanya. Dia berjalan dengan langkah yang berat karena kesal. Lalu dia berdiri di antara mereka bertiga. Hal yang pertama kali dilakukannya adalah menekan kantung es batu yang ada di dahi Kyuubi sekeras-kerasnya, lalu melempar kantung tersebut ke arah Itachi tepat di wajah. Sentuhan terakhir, dia mendorong Sasuke yang tepat di belakangnya dengan punggungnya. Untunglah di belakang Sasuke ada sofa. Tapi, kini Naruto duduk di atas badannya dan menekan-nekan Sasuke.
“APA YANG KAU LAKUKAAANN?” teriak SasuItaKyuu bersamaan.
“Diam dan lakukan kegiatan masing-masing!” perintah Naruto. “Kalian ini sangat konyol! Kyuubi! Berhenti mengeluh! Itachi! Berhenti mengajak Kyuubi ribut! Dan kau Sasuke! Cepat kerjakan tugasmu!”
“Huh! Iya! Iya! Menyingkir dari badanku!”
Asem dah. ==
Dodol Garut
Seorang pria tengah duduk di sebuah kursi. Sebenarnya tidak benar-benar bisa disebut ‘duduk’, karena tangan dan matanya sedang bekerja. Tiba-tiba ia mendengar suara pintu diketuk. Dengan agak kesal, dia membuka kacamata-nya dan menyuruh orang yang sudah dengan beraninya mengetuk pintu untuk masuk.
“Masuk,” ucapnya.
Lalu terlihatlah sosok pria berambut coklat, memakai tuxedo hitam memasuki ruang kerja tersebut. Suara ketukan sepatu mengiringi langkahnya, sampai akhirnya dia sampai di hadapan pria gagah di depannya. Dia menunduk hormat.
Sumimasen, Minato-sama. Saya ingin memberitahukan sesuatu,” ucap pria tersebut.
Sore wa nan desu ka, Yamato?” tanya pria yang ternyata bernama Minato itu.
“Hari ini Naruto-sama pergi keluar dan sampai saat ini beliau belum pulang ke rumah,” jelas Yamato sopan. Minato menghela nafas dengan keras. Lalu memijat pelipisnya yang terasa pening karena berhadapan dengan berkas-berkasnya.
“Dasar anak itu,” gumam Minato.
“Suruh beberapa orang untuk mencarinya. Cari di seluruh penjuru Konoha. Jika belum ditemukan, tidak boleh ada yang kembali lagi ke sini,” suruh Minato. Yamato mengangguk paham.
“Baik, Minato-sama. Saya permisi dulu,” Yamato menunduk hormat sebelum meninggalkan ruangan tersebut.
Setelah pintu tertutup, Minato menyandarkan tubuh letihnya di sandaran kursi yang sedang ia duduki. Matanya terpejam. Terlihat sekali raut lelah di wajah tampannya. Beberapa menit dalam posisi seperti itu, akhirnya Minato kembali berkutat dengan pekerjaannya.
Dodol Garut
“Sasuke, kau tidak punya ramen?” tanya Naruto dari dapur.
“Tidak,” jawab Sasuke singkat. “Kau makan yang lain saja! Jangan mengaduk-aduk isi lemarinya. Aku tidak punya banyak makanan!” lanjut Sasuke saat mendengar beberapa barang yang berjatuhan dari dapur. Sepertinya Naruto memang sedang mengaduk-aduk isi lemarinya.
“Hah, masa kau tidak punya, sih? Lalu aku harus makan apa?” tanya Naruto dengan nada frustasi. Sasuke yang mendengar ke-frustasi-an Naruto, menghela nafas panjang. ‘Kenapa ada dua orang tamu yang sama-sama tidak tahu diri di rumahku, sih?’ Sasuke ikut-ikutan frustasi.
“Ya sudah, aku mau beli di luar saja. Tapi, antar aku, ya?” pinta Naruto yang sudah keluar dari dapur dan menuju ke tempat Sasuke.
“Tidak, aku malas. Lagipula kau ini sudah dewasa, masa’ masih mau diantar,” jawab sang Uchiha muda. Naruto merenggut kesal.
“Aku ‘kan tidak biasa keluar rumah sendirian tanpa pengawalan!” ucap Naruto.
“Lalu aku harus menjadi pengawalmu, begitu?” tanya Sasuke. Naruto mengangguk senang. “Kau bersedia?”
“Aku bukan pengawalmu!” seru Sasuke. Dan dengan itu, Sasuke bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamarnya. Naruto yang ditinggalkan cemberut.
“Dasar! Aku tidak akan menceritakannya padamu!” teriak Naruto, berusaha membuat Sasuke tidak masuk ke kamarnya sekaligus mengantarnya keluar. Tapi ternyata Sasuke sama sekali tidak peduli dan malah terus melangkah ke kamarnya. Sampai akhirnya Sasuke menutup pintu kamarnya.
“Ck! Kalau begitu aku akan keluar sendiri saja!” ucapnya. Dia tidak meminta Itachi atau Kyuubi untuk menemaninya, karena Itachi pergi bekerja di bar. Sedangkan Kyuubi masih sakit, dan sekarang dia malah sudah tidur.
“Huh!” Naruto mengambil jaketnya yang tersampir di kursi yang tengah di dudukinya. Lalu pergi ke arah pintu dan menutupnya.
“Aku beli dimana, ya?” tanya Naruto pada dirinya sendiri. “Ah! Supermarket saja!”
Saat akan melangkah menuju supermarket, tiba-tiba ada tiga orang pria bertubuh kekar dan memakai pakaian serba hitam datang menyerbu Naruto.
“Eh? Apa-apaan ini? Lepas!” teriak Naruto saat ketiga pria hitam –pakaiaannya- tersebut memegang kedua lengannya dengan kuat. Tapi ketiga orang tersebut malah menarik Naruto yang semakin meronta-ronta.
“SASUKEEEEEE! TOLOOOONG! AKU DICULIIIIIK!!” teriak Naruto pada Sasuke, sang Uchiha muda.
Sedangkan yang diteriaki, yang tentu saja berada di dalam kamarnya, hanya menganggap bahwa teriakan Naruto adalah tipuannya agar dia bisa mengantar pemuda pirang tersebut.
“Bodoh,” gumamnya. Dan dia kembali melanjutkan acara membacanya dengan tenang dan damai.
“AAAAH! TOLONG AK-hmph!” salah seorang dari ketiga pria tadi membekap mulut Naruto dengan telapak tangannya.
“Maaf Naruto-sama, Anda disuruh Minato-sama untuk segera pulang,” ucap pria yang membekap mulut Naruto.
“HMPH! HMMMMH! MPHHHM! PMMMMMMMHHH!” ketiga pria itu sweatdrop mendengarnya. (Translate : “APA? TIDAAAK! TOLOOONG! SASUKEEEEEEE!”)
“Anda ini bicara apa, sih?”
“Sudahlah, bawa Naruto-sama ke dalam mobil!”
“Baik!” dan Naruto pun di bawa ketiga orang pria tadi, yang ternyata merupakan orang-orang suruhan Minato untuk membawa Naruto pulang.
Dodol Garut
“Itachi! Bawakan aku satu botol!” teriak seseorang yang merupakan pelanggan yang ada di bar tempat Itachi bekerja.
“Baik!” balas Itachi sumringah. Bagaimana tidak? Hari ini lumayan banyak pelanggan yang datang ke bar tempat ia bekerja. Mungkin ia sedang beruntung hari ini.
“Silahkan!”
Itachi menyodorkan sebotol minuman yang dipesan tadi. Dan diterima dengan suka hati oleh pelanggannya. Setelah itu dia kembali mengelap botol-botol minuman yang berjejeran di sebuah rak yang ada di belakangnya.
“Itachi,” seseorang menepuk pundaknya.
“Ah, manager. Doushita?” Itachi berhenti mengelap botol yang dipegangnya dan menaruhnya kembali ke rak.
Pria yang merupakan manager Itachi itu melirik sebentar ke arah para pelanggan yang sedang minum ataupun menari-nari di bawah sana. Senyum kecil terlukis di bibirnya.
“Aku ingin bicara denganmu. Bisa kau masuk ke ruanganku?” pintanya.
“Tentu manager Orochimaru,”
Dodol Garut
“Duduklah,” ucap Orochimaru. Itachi yang sedang menutup pintu mengangguk hormat padanya, lalu berjalan ke arah kursi di depan Orochimaru. Sebuah meja menjadi penghalangnya.
“Lalu, apa yang ingin Anda bicarakan?” tanya Itachi. Orochimaru tersenyum sebentar.
“Akhir-akhir ini pelanggan kita semakin banyak, ya Itachi-kun?” tanya Orochimaru, Itachi mengangguk.
“Benar, saya jadi lebih semangat karenanya,” jawab Itachi.
“Baguslah. Tapi, karena itulah aku ingin bicara denganmu,” Itachi menaikkan sebelah alisnya. “Memangnya kenapa?”
“Pegawai di bar kita hanya 3 orang. Kau sudah tahu ‘kan kalau Shino mengundurkan diri beberapa minggu yang lalu?”
“Ya, saya tahu.”
“Pegawai yang tersisa hanya kau dan Kabuto. Mengingat pelanggan yang semakin banyak, tidak mungkin ‘kan kalau kalian melayani para pelanggan hanya berdua?” Itachi mengangguk membenarkan perkataan Orochimaru.
“Dan sekarang, aku ingin menugaskanmu untuk mencari seorang pegawai yang bisa menggantikan posisi Shino. Kau bersedia?”
“Akan saya laksanakan segera, manager.”
Dodol Garut
“Bagaimana di luar sana? Menyenangkan?” Minato bertanya dengan menunjukkan senyuman bagai malaikatnya. Pemuda yang berhadapan dengannya hanya diam tak bersuara. Tetap memandang lurus ke arah jendela yang menampilkan pemandangan kota malam yang gemerlap. Juga tak mengindahkan pertanyaan ayahnya. Sigh. Ayahnya.
“Hmm? Kenapa kau diam saja? Inikah Naruto yang orang-orang bilang si ceria? Ah, ternyata itu hanya hoax.” ucap Minato santai. Naruto tetap terdiam dalam posisinya. Sekarang mereka berdua sedang berada di ruang kerja Minato. Setelah mendengar kabar Naruto sudah ditemukan, Minato segera menyuruh anak buahnya untuk membawa Naruto kesini. Ke tempat kerjanya. Kali ini dia menghentikan pekerjaannya untuk sekedar mengobrol dengan anak kandungnya.
“Kenapa kau membawaku pulang?” akhirnya si ‘ceria’ pun bersuara. Tapi tatapan matanya masih tetap setia mengarah ke jendela. Minato tersenyum mendengar pertanyaan anaknya.
“Karena rumahmu memang disini,” jawab Minato. Naruto memutar bola matanya.
“Aku ke kamar,” ucap Naruto lalu beranjak dari duduknya.
“Jangan berperilaku seperti anak kecil,” suara Minato menghentikan langkah Naruto.
“Teruskanlah pekerjaan Tousan. Jangan menolak lagi!”
Naruto masih tetap diam dalam posisinya. Sementara Minato sudah berdiri dan melangkah mendekati anaknya.
Tousan..”
“Sudah bertahun-tahun kau menganggur. Kau hanya bisa bermain-main menghabiskan hidupmu. Aku tidak suka melihatmu seperti  itu. Karena itu, jadilah penerus Tousan…”
“Bukankah aku sudah menolak untuk yang ke sekian kalinya? Kenapa Tousan masih saja ingin aku meneruskan pekerjaan Tousan yang busuk itu!” nada suara Naruto meninggi.
“Naruto! Jangan pernah bilang kalau pekerjaan ini busuk!”
“Apakah pekerjaan yang membuat Kaasan meninggal tidak disebut busuk?” tanya Naruto lirih, Minato terhenyak mendengarnya. Naruto mengepalkan kedua tangannya di masing-masing sisi tubuhnya. Kepalanya menunduk, giginya bergemeretak, dan matanya terpejam. Ingin sekali dia memukul seseorang sekarang.
Kaasan..’
‘Kushina…’
.
.
“Baiklah. Cepat atau lambat, kau pasti akan menjadi penerus Tousan. Sekarang aku minta agar kau menghadiri pesta perusahaan besok malam. Jangan menolak untuk kali ini, karena Tousan benar-benar tidak bisa datang.” dan Minato pun pergi meninggalkan ruang kerjanya. Sementara Naruto tetap bertahan dalam posisinya.
Kuso..”
Dodol Garut
Itachi menatap pemuda beriris merah di depannya. Udara dini hari terasa sangat dingin di kulitnya yang hanya berbalut baju tidur. Dia dan Kyuubi sedang berdiri di depan rumah Uchiha-Brother.
“Memangnya kau punya tempat tinggal?” tanya Itachi setelah hening yang melanda beberapa saat. Kyuubi tidak menjawab, tapi raut wajahnya mengatakan ‘iya’.
“Oh. Baiklah. Tapi, kenapa harus pagi-pagi sekali? Lagipula, lukamu belum sembuh total ‘kan?” Itachi beralih menatap dahi Kyuubi yang masih tampak memar-memar.
Daijobu. Aku hanya harus segera mencari… pekerjaan,” jawab Kyuubi. Kepalanya menunduk mengingat kejadian dengan Itachi kemarin.
Itachi tersenyum mendengarnya. “Kau harus janji untuk tidak menjadi pencuri atau semacamnya lagi. Carilah pekerjaan yang baik, aku yakin kau pasti akan menemukannya.”
Itachi memang sedikit sebal pada Kyuubi karena soal kemarin-kemarin. Tapi karena pada dasarnya Itachi adalah orang yang baik dan penyayang, pencuri pun sekarang dia anggap seperti adiknya saja.
“Hhh. Kau berkata seolah mencari pekerjaan itu mudah,” Kyuubi menghela nafas panjang.
“Aku tidak berkata seperti itu. Aku hanya ingin memberimu semangat. Kalau kau perlu sesuatu, datanglah ke sini. Dan kabari aku kalau kau sudah mendapat pekerjaan, Ganbatte!” ucap Itachi member semangat.
“Hm? Kemarin kau marah-marah padaku, tapi sekarang malah sok baik,” Kyuubi mengerucutkan bibirnya.
K-kawaii..’ batin Itachi. ‘H-hey! What the fuck in the hell?!’
“Hey! Daijobu ka?” Kyuubi mengibaskan telapak tangannya di depan muka Itachi yang terlihat horror.
“A-apa? Kau mani- Ah! Maksudku, aku tidak apa-apa,” jawab Itachi terbata-bata. Kyuubi mengernyit mendengarnya. “Hn, sudahlah. Perlu ku antar?”
“Tidak usah. Aku tidak mau merepotkanmu lagi. Maaf soal kemarin,” ucapnya.
“Iya, sudah kumaafkan.”
“Kalau begitu, aku pergi. Jaa,” Kyuubi membalikkan badannya dan melangkah pergi.
“Hati-hati,” ucap Itachi kecil, hampir seperti bisikan.
.
.
“Kenapa… pergi?”
Dodol Garut
Gerbang SMA Konoha terbuka lebar sejak beberapa menit yang lalu. Membiarkan para siswa dan siswi yang bersekolah di dalamnya untuk masuk. Termasuk Sasuke. Salah satu siswa SMA Konoha yang berprestasi dan cukup penting di sekolahnya karena dia merupakan ketua OSIS. Seperti biasa, hari ini dia datang dengan berjalan kaki. Hanya sendirian, tanpa Neji seperti kemarin.
Sasuke melihat ke arah depan pintu gerbang. Di sana ada sebuah mobil Porsche –yang tentunya sangat mahal- terparkir manis di depan gerbang sekolahnya. SMA Konoha memang sekolah elite, tidak aneh jika mobil mewah nan mahal berjejer di tempat parkiran sekolahnya. Tapi yang membuatnya heran adalah seorang pemuda yang berdiri menyander di depan kap mobilnya yang yang mengkilap. ‘Hmm. Sepertinya dia murid baru,’ batinnya saat melihat seragam yang dikenakan pemuda tersebut sama dengan seragam yang dikenakannya.
Saat berjalan semakin mendekat, Sasuke tercengang.
Pemuda yang sedari tadi berdiri dan memakai kaca mata hitam yang terlihat keren itu akhirnya membuka kaca matanya dan tersenyum sinis pada Sasuke.
O-omae wa..”
Ohayou..” sapa pemuda tersebut. Namikaze Naruto.
“Sedang apa kau disini? Dan, apa-apaan seragam itu? Jangan bilang kalau kau..”
“Aku memang mau sekolah disini,” potong Naruto. Sasuke menatapnya horror. “T-tapi, apa tidak terlalu tua?”
“Memangnya orangtua tidak boleh belajar, hm? Lagipula, apa aku terlihat tua?” Naruto mengedipkan sebelah matanya dan menyisir rambut pirangnya dengan jarinya. Setelah itu dia menunjukkan senyuman –cengirannya-.
“Tidak ‘kan?”
“Che! Cengiranmu membuat kau lebih terlihat seperti anak kecil!”
“Ah, thank you..”
“Itu bukan pujian, bodoh!”
“Your welcome,”
“Dobe!” Sasuke pun berjalan meninggalkan Naruto yang terbahak. “Kau hampir telat, Dobe!”
“Ah, iya! Aku menyusul!” balas Naruto.
.
.
Omake. To be Continue. Bersambung..
Yeah, chapter 2 is done..
Saya membuat Naruto disini selalu dijaga oleh para bodyguard-nya, karena Naruto ‘kan pewaris tunggal? Jadi wajar kalau Naruto tidak biasa bepergian sendiri. Saat pertama kali bertemu dengan Sasuke, dia kabur dari kawalan para bodyguard-nya.
Nah, feed me a review?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar